Waktu yang ketat berkeputusan berangkat ke Jogja dinihari dengan naik kereta, agar bisa sampai di Jogja pagi hari. Dan bisa menjalankan aktifitasnya dengan baik dan bisa selesai semuanya sebelum jam 3 sore. Karena jadwal Pesawat Garuda perjalanan balik dari Adi Sucipto ke Jakarta pada jam 16.00.
Menyambut bulan Ramadhan kita tidak melewatkan salah satu ibadah dengan ziarah atau sering kita sebut "Nyekar" ke makam leluhur atau almarhum/ah orang tua kita.
Jika memang tempat ziarah jauh dari tempat tinggal kita. Maka perjalanan keluar kota kadang kita lewati.
Sempat tidak sempat kita perlu memutuskan untuk melakukan acara "Nyekar" ini.
Walau leluhur kita berbeda kota, kita mencoba melakukan yang terbaik untuk hal-hal yang baik.
Semua kita mulai dengan niat ibadah dan Ridha Allah SWT. Jika kita ada waktu, mampu, kondisi memungkinkan dan sehat. Alangkah baiknya ritual ini dapat dilaksanakan.
Dibawah salah satu cuplikan tentang anjuran berziarah kubur oleh Ahmad Sarwat, Lc.
(http://masmaman1.blogdetik.com/2008/09/24/ziarah-kubur-sebelum-puasa-ramadhan/)
Ini hanyalah anjuran untuk berziarah kubur, karena mengingatkan kita kepada kematian. Tapi waktunya tidak pernah ditentukan. Jadi boleh kapan saja, tidak harus menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Adapun kebiasaan yang sering kita saksikan di tengah masyarakat untuk berziarah kubur menjelang datangnya Ramadhan, kami yakin bahwa mereka melakukannya tanpa punya dalil yang eksplisit dari nabi SAW. Dalil yang mereka gunakan hanyalah dalil umum tentang anjuran berziarah kubur. Sedangkan dalil yang mengkhususkan ziarah kubur menjelang Ramadhan, paling tinggi hanya sekedar ijtihad. Itu pun masih sangat mungkin disanggah.Beliau SAW tidak pernah menganjurkan secara tegas bahwa bila Ramadhan menjelang, silahkan kalian berziarah ke kuburan-kuburan. Atau kalau ke kuburan jangan lupa pakai pakaian hitam-hitam, dan juga jangan lupa bawa kembang buat ditaburkan. Sama sekali tidak ada nashnya, baik di Al-Quran maupun di Sunnah nabi-Nya.Dan memang semua fenomena itu terjadi begitu saja, tanpa ada ulama yang memberian arahan dan penjelasan. Padahal masyarakat kita ini terkenal sangat agamis dan punya semangat besar untuk menjalankan agama. Sayangnya, mereka tidak punya akses untuk bertanya kepada para ulama syariah yang ahli di bidangnya.Yang tersedia hanya para penceramah, da'i, atau ahli pidato yang digelembungkan namanya lewat media massa, sehingga sangat tenar bahkan masuk ke wilayah selebriti, tetapi sayangnya mereka kurang punya perhatian dalam masalah hukum Islam, apalagi sampai kepada kritik sanad hadits-hadits nabawi.Ini perlu dipikirkan agar jangan sampai kejahilan di tengah umat ini terus-menerus terjadi, bahkan menjadi tradisi. Sudah waktunya bila umat ini punya akses kuat kepada para ulama ahli syariat, untuk meluruskan kembali kehidupan mereka sesuai dengan syariat Islam yang lurus. Jauh dari pola ikut-ikutan tanpa manhaj yang benar.Namun sekedar mencaci dan mengumpat atau menuduh bahwa mereka itu ahli bid'ah, atau jahiliyah, atau tidak sejalan dengan manhaj ahli sunnah, tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan dalam banyak kasus, malah akan menimbulkan masalah.Kita berharap proses pencerahan umat untuk mengenal syariah ini tidak terkotori dengan adab yang buruk, atau dengan sikap arogan, yang hanya akan membuat objek dakwah kita semakin menjauh. Yang dibutuhkan adalah pemberian pemahaman secara simpatik, cerdas, dan tetap menghargai serta tidak mempermalukan.
,(Ahmad Sarwat, Lc.)
BlackBerry®powered by INDOSAT
0 comments:
Posting Komentar