Jejak Langkah Sang Konseptor
Senin, 28 Juli 2008
Oleh : Darandono, Fadlly Murdani dan Henni T. Soelaeman
Di tangannya, jaringan Alfamart menggurita dengan ribuan
gerai. Jejak gemilangnya juga terekam di Indomaret. Jangan
heran, ia kerap disebut sebagai sosok di balik sukses kedua
minimarket itu. Apa jurus ampuhnya?
Menyebut nama Chief Operating Officer PT Sumber Alfaria
Trijaya (SAT), Pudjianto, orang pun -- terutama kalangan
eksekutif dan pentolan bisnis ritel nasional -- akan
mengacungkan jempol padanya. Maklum, kelahiran Gombong, Jawa
Tengah, 4 Mei 1954, ini dikenal sebagai sosok di balik
keberhasilan Indomaret dan Alfamart. Berkat konsep yang
dibesutnya, kedua minimarket ini terus menggelinding ke
berbagai pelosok kota.
Setelah sukses membesarkan Indomaret, di tangannya, Alfamart
juga terus mengepakkan sayapnya. Saat dipinang Djoko Susanto,
pemilik Alfamart, pada 2001, gerai Alfamart baru 34. Pada
akhir 2001, jumlah gerai menjadi 145. Setahun kemudian, jumlah
gerai membengkak menjadi 350. Sampai akhir tahun lalu, jumlah
gerai sudah mencapai 2.266. Dan, saat ini gerai Alfamart
mencapai 2.600 dengan 26 ribu karyawan. Sampai akhir tahun
ini, gerai Alfamart ditargetkan mencapai 2.750. Tak hanya dari
sisi kuantitas, dari sisi ekuitas merek, Alfamart juga
tercatat sebagai minimarket nomor satu menurut data AC
Nielsen.
Strategi dan jurus apakah yang dilakukan Pudjianto? Diakuinya,
dibutuhkan waktu hingga satu tahun untuk mendesain konsep
Alfamart. “Perusahaan mengharapkan saya bisa membawa Alfamart
menjadi nomor satu dari jumlah unit dan keuntungan,” katanya.
Untuk memperbanyak gerai, menurutnya, ada beberapa
pertimbangan. Dalam hal potensi lokasi, misalnya, persyaratan
yang paling simpel: harus dihuni sekitar 2.000 kepala
keluarga, lalu-lintasnya harus dilalui angkutan umum, aman,
dan dilewati jaringan komunikasi. “Kalau dari hitungan bisnis
menguntungkan, kami berani buka outlet,” katanya.
Menurut Pudji, dalam mengelola minimarket, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain lokasi, segmentasi,
pemilihan produk, pricing, promosi, komunikasi dan inovasi.
Untuk inovasi, Alfamart memang selangkah lebih maju. Lewat
member card, mengadakan program ronda sore dengan membagikan
berbagai hadiah (seperti format Tok Tok Wow). Alfamart juga
menggelar program Product of the Month (tiga produk tertentu
yang dijadikan maskot setiap bulan). “Inovasi pasti diikuti
orang lain, tapi yang penting apakah inovasi tadi sejalan
dengan bisnis kita,” ujarnya.
Untuk itu, Pudji berencana mengoptimalkan kartu keanggotaan
Alfamart dengan kemudahan pembayaran di setiap gerai berlogo
Visa Bank Permata. Keanggotaan kartu Alfamart saat ini, kata
dia, telah mencapai 1,2 juta orang dengan 26 juta transaksi
per bulan di seluruh Indonesia. Ia juga tengah menggodok
layanan baru, yakni transfer uang yang dapat dilakukan di
Alfamart. “Jadi, WNI yang ada di Hong Kong dan negara lain
bisa mengirim uang dan si penerima cukup datang ke Alfamart
untuk mengambil uang. Mereka tidak perlu ke bank.”
Saat ini, ia tengah gencar mengembangkan operator mandiri.
Dengan pola ini, SAT akan menggandeng calon investor yang
berminat membuka gerai Alfamart. Syaratnya, calon investor
menyiapkan lahan, sedangkan kegiatan men-set up toko dan
memenuhi perlengkapan dilakukan SAT. Bila lahan disetujui,
paling tidak SAT akan menginvestasikan dana Rp 300-450 juta
guna menyiapkan gerai. Pola kerja samanya, pemilik lahan hanya
menyiapkan 6 orang untuk mengoperasikan minimarket tersebut.
“Ini cara kami membantu yang lemah,” kata Pudji. Saat ini,
menurutnya, dari total gerai yang ada, sekitar 20%
dikembangkan dengan pola operator mandiri. Pola ini
dikembangkan dengan menggandeng mitra lain seperti Induk
Koperasi Angkatan Darat, Koperasi Pondok Pesantren dan Pusat
Koperasi Polri.
Selengkapnya baca di Swa.Co.id http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=7815%22Details2008-12-25%204:28