Suatu sore di tahun 2009, sambil duduk di depan rumah menikmati weekend setelah merapikan toko, datanglah lelaki baya sederhana sekitar 50-an, pakai sepeda mini butut 20', tidak beralas kaki, dan terdapat bercak lumpur sawah di tubuhnya. Setelah unjuk salam dia bertanya ke saya, "Apakah Bapak menjual ban luar BEKAS untuk sepedea ukuran 20?". Lantas saya jawab kalo sy tidak menjual ban luar sepeda bekas. Dia terlihat kecewa, dan terdiam. Suasana di luar mendung dan sejuk, dan sambil santai saya tawarkan dia duduk di samping sy sambil menawarkan rokok yg sy hisap. Duduklah Bapak tadi, menerima rokok dan menghisapnya, lantas terjadi dialog diantara kami. Dia adalah seorang buruh tani miskin, yang rumahnya cukup jauh sekitar 30-an KM, dan rupanya ban sepedanya sobek. Untuk bisa pulang, ban itu hrs diganti.
"Kenapa tidak dibelikan yg baru saja Pak", tanya sy. Dia menjawab kalo uangnya untuk itu tidak cukup. Dia bekerja sebagai buruh cangkul di sawah dengan upah 23 rb dari pg sampai siang hari. Hari itu dia dpt upah 35 rb, karena sampai sore hari. Ban luar harganya 25 rb, sdgkan kalo dibelikan maka tinggal 10 rb sisa yg dibw ke rumah. Lantas di mengatakan, dia tidak tega memberikan 10 rb kpd isteri dan 2 anaknya yg msh jd tanggungannya, karena kebutuhan pokok mahal, dan hanya itulah uang yg ada hari ini, dan besok mesti cari lagi untuk memberi nafkah kepada keluarganya esok hari. Sedikitpun dia tidak menampakkan kecemasan, apakah besok dia dapat uang untuk menafkahi keluarganya atau tidak, yg ada adalah pancaran semangat berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang laki-laki untuk bertanggung jawab atas nafkah keluarganya. Sy terpesona dan kagum atas semangat, kemauan, tekad dan usahanya yang di usia senja, sebenarnya pekerjaan itu sudah tidak layak lagi karena berat secara fisik, dan itu diungkapkan oleh laki-laki yg tidak tamat SD di masa lalu.
Sy tahu Bapak itu sudah ditunggu keluarganya sembari mengharap rezeki yg Allah berikan melalui tangannya. Allah berkenan untuk sore itu menakdirkan sy berbuat baik untuk sekedar memastikan Bapak itu pulang menjumpai anak isterinya yg sudah menunggu. Roda sepeda butut itu berputar kembali dikayuh oleh seorang pejuang tangguh, bahkan teramat tangguh bagi keluarganya guna kepentingan mencari nafkah untuk besok, lusa, dan seterusnya hingga tuhan menakdirkan yg lain untuk dirinya.
Itulah mengapa dengan rahmat dan kemahamurahan-Nya, terang-terangan Allah yg maha segalanya, bertransaksi jual beli dengan manusia dalam bentuk amalan dan satu-satunya amalan, yaitu Jihad Fi Sabibilah yg akan dibeli oleh Allah langsung dg harga SORGA.
Allah juga menggariskan bahwa kewajiban kaum laki-laki dalam mencari nafkah yang dilakukan dengan niat ibadah sebagai kewajiban karena perintah-Nya, maka pahalanya setara Jihad Fi Sabilillah, yang apabila dia mati karenanya, maka SORGA balasannya. Wallahu a'lam bisshawab.
Aji/
"Kenapa tidak dibelikan yg baru saja Pak", tanya sy. Dia menjawab kalo uangnya untuk itu tidak cukup. Dia bekerja sebagai buruh cangkul di sawah dengan upah 23 rb dari pg sampai siang hari. Hari itu dia dpt upah 35 rb, karena sampai sore hari. Ban luar harganya 25 rb, sdgkan kalo dibelikan maka tinggal 10 rb sisa yg dibw ke rumah. Lantas di mengatakan, dia tidak tega memberikan 10 rb kpd isteri dan 2 anaknya yg msh jd tanggungannya, karena kebutuhan pokok mahal, dan hanya itulah uang yg ada hari ini, dan besok mesti cari lagi untuk memberi nafkah kepada keluarganya esok hari. Sedikitpun dia tidak menampakkan kecemasan, apakah besok dia dapat uang untuk menafkahi keluarganya atau tidak, yg ada adalah pancaran semangat berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang laki-laki untuk bertanggung jawab atas nafkah keluarganya. Sy terpesona dan kagum atas semangat, kemauan, tekad dan usahanya yang di usia senja, sebenarnya pekerjaan itu sudah tidak layak lagi karena berat secara fisik, dan itu diungkapkan oleh laki-laki yg tidak tamat SD di masa lalu.
Sy tahu Bapak itu sudah ditunggu keluarganya sembari mengharap rezeki yg Allah berikan melalui tangannya. Allah berkenan untuk sore itu menakdirkan sy berbuat baik untuk sekedar memastikan Bapak itu pulang menjumpai anak isterinya yg sudah menunggu. Roda sepeda butut itu berputar kembali dikayuh oleh seorang pejuang tangguh, bahkan teramat tangguh bagi keluarganya guna kepentingan mencari nafkah untuk besok, lusa, dan seterusnya hingga tuhan menakdirkan yg lain untuk dirinya.
Itulah mengapa dengan rahmat dan kemahamurahan-Nya, terang-terangan Allah yg maha segalanya, bertransaksi jual beli dengan manusia dalam bentuk amalan dan satu-satunya amalan, yaitu Jihad Fi Sabibilah yg akan dibeli oleh Allah langsung dg harga SORGA.
Allah juga menggariskan bahwa kewajiban kaum laki-laki dalam mencari nafkah yang dilakukan dengan niat ibadah sebagai kewajiban karena perintah-Nya, maka pahalanya setara Jihad Fi Sabilillah, yang apabila dia mati karenanya, maka SORGA balasannya. Wallahu a'lam bisshawab.
Aji/
1 comments:
Oom Aji. Ini cuma ibarat. Andai saja sampeyan berikan ban baru dengan harga bekas sebelah kaki sampeyan sudah menjejakkan kaki ke surga. Andai sampeyan memberikan ban baru gratis. Kaki sampeyan sudah berada di surga. Tetapi; andai sampeyan tidak berbuat apapun, maka sampeyan cuma bisa dengar bahwa surga itu memang ada.
Posting Komentar